LAPORAN
BACA
Oleh
Jonathan J Sumangkut
INFORMASI BUKU DAN PENULIS
Dosen : Dorkas Retjelina,
M.Th.
Judul buku : Mengungkap Misteri Persepuluhan
Pengarang : Yamowa’a Bate’e
Penerbi : ANDI - Anak Didik Imanuel
Kota terbit : Yogyakarta
Tebal buku : 134 halaman
Buku ini ditulis berdasarkan pengalaman penulis dalam menyelesaikan tugas akhir (tesis) untuk mengungkap sebuah misteri ternyata pada umumnya “praktik persepuluhan” dilakukan tetapi tidak dimengerti.bahkan, sering kali dalam penyampaiannya disertai dengan intimidasi bahwa setiap orang percaya yang tidak memberi persepuluhan dikutuk dan tidak diberkati oleh Tuhan.
PENGANTAR
Penulis mengawali bukunya dengan rasa penasaran – dimana untuk menuju
level berikutnya (level kerohanian), penulis harus melakukan berbagai kewajiban
baik itu peraturan doktrinal maupun yang sifatnya organisatoris. Semuanya
dicampur menjadi satu, sehingga peraturan-peraturan menjadi banyak dan “mirip”
hukum Taurat pada zaman Tuhan Yesus dahulu
Prinsip “Yesus Only” Berubah menjadi “Yesus Plus (+) artinya, kalau mau
menjadi orang Kristen sejati, selain terima Yesus Kristus harus melakukan “ini”
dan “Itu”. Apakah semuanya itu memang “harus” dilakukan untuk menjadi orang
Kristen Sejati atau tidak? Jika “ya”, apakah itu menjamin seseorang menjadi
orang Kristen sejati? Semua itu kadang menimbulkan perpecahan dalam gereja.
Sebagai contoh, masalah “babtisan” menjadi sebuah problem yang tidak pernah
selesai, sejak zaman bapa-bapa geraja sampai sekarang. Babtisan mana yang
benar? penelaahan dari studi kata, historis, dan budaya belum juga memberikan
jawaban yang memuaskan. Setiap pihak selalu ingin diakui yang paling benar,
bukan apa kata “Allkitab”.
Pertanyaan-pertanyaan itu terus menghantui pikiran penulis. Hingga suatu
tanpa di sengaja penulis membaca sebuah buku dengan judul Rahasia Hidup Berkelimpahan karangan Kenneth E. Hagin. Pada halaman
108 tertulis “Padahal kalau saya tidak
mengajar saudara-saudara sekalian tentang persepuluhan dan memberi, berarti
saya mengabaikan Tuhan. Saya telah merampok saudara-saudara. Tuhan ingin
memberkati saudara-saudara, tetapi Dia tidak dapat melakukanya karena
saudara-saudara belum menginvestasikan apa pun”
Kalimat itu menambah kebingungan
penulis tentang peraturan-perturan atau perintah-perintah supaya menjadi
seorang Kristen Sejati. Bagaimana mungkin? “Tuhan ingin memberkati bila orang percaya telah memberikan persepuluhan
dan pemberian sebagai investasi.” Apakah betul demikian? Mungkinkah penulis
salah memahami maksud si penulis?
I. PANDANGAN ALKITABIAH
1. Perpuluhan zaman Abraham
dan Yakub
Seorang yang kehausan penulis mencari tahu kebenaran
sebenarnya tentang Perpuluhan. Dia mengawali dengan mencari tahu definisi
“perpuluhan” dari berbagai sumber: buku, biblework, internet dll. Penulis
akhirnya menemukan beberapa konsep pemberian persepuluhan pada zaman Abraham
dan Yakub, berdasarkan data-data yang di peroleh adalah:
·
Pertama, persepuluhuan diberikan dengan sukarela, tidak dengan paksaan, sekalipun
telah menjadi sebuah budaya, karena belum ada hukum yang mengatur hati nurani
orang-orang yang hidup pada zaman itu.
·
Kedua, pemberian persepuluhan diberikan Abraham kepada melkisedek, seorang
Raja Salem dan imam Allah yang Mahatinggi, yang datang menyongsong Abraham dan
memberkatinya.
·
Ketiga, pemberian persepuluhan adalah tanda penghargaan dan penghormatan kepada
seseorang yang memiliki kedudukan atau jabatan lebih tinggi dari pemberi, juga
sebagai persembahan kepada Tuhan (nilai spiritual yang memiliki arti “penyataan
total”).
·
Keempat, persepuluhan diberikan setelah Allah memberkati, bukan sebelum diberkati.
Contohnya, Abram setelah mendapat jarahan, Yakub setelah diberikan oleh Tuhan.
·
Kelima, persepuluhan diberikan oleh Abraham dari hasil jarahannya,sedangkan
yakub dari seluruh yang dimilikinya atau berkat yang telah diberikan Tuhan
kepada yakub.
Jika demikian, apakah persepuluhan yang dilakukan
orang percaya mengikuti teladan Abraham? Jika ya, beberapa hal yang perlu
diwaspadai, yaitu: Abraham memberikan karena tradisi dan budaya yang sudah
berlaku pada zaman itu. Apakah Abraham sadar bahwa pemberian persepuluhan yang
diberikan kepada Melkisedek karena hati yang mengasihi Tuhan? Atau sekedar
penghargaan dan penghormatan kepada Melkisedek yang telah memberkati Abraham?
Dan apakah pemberian persepuluhan boleh dari hasil jarahan dan diberikan hanya
satu kali?
2. Perpuluhan zaman Musa
Penyelidikan penulis kemudian berlanjut pada zaman
Musa, ketika persepuluhan mulai dibakukan. Secara historis konsep persepuluhan
mengalami perubahan antara zaman musa dan Abraham atau yakub. Untuk mengetahui
perbedaan tersebut, penulis membuat sebuah tabel perbandingan sebagai berikut.
Persepuluhan
|
Abraham
|
Musa
|
Peraturan
|
Belum
ada (tradisi)
|
Hukum
taurat
|
Sifatnya
|
Sukarela
|
Wajib
|
Penerimaan
|
Raja
salem, iman Allah (kejadian 14: 18)
|
Tuhan
(Imam Lewi)
|
Tempat pemberian
|
Lembah
syawe, yakni Lembah Raja
|
Di
tempat yang telah ditentukan Tuhan
|
Waktu
|
Sekali,
setelah menjarah
|
Per
tahun (berkala)
|
Bentuk
|
Hasil
jarahan
|
Hasil
pertanian, peternakan atau ditukar dalam bentuk
|
Tujuan
|
Penghormatan,
penghargaan, pangakuan
|
Belajar
takut akan Tuhan
|
Dipergunakan untuk
|
Tidak
di jelaskan
|
Makanan
orang lewi, (anak yatim, janda, orang asing tahun ke tiga)
|
Data
ini menunjukan bahwa persepuluhan yang merupakan budaya dan tradisi bangsa lain
saat itu, diadopsi dan diubah dengan memberikan arti yang baru. Awalnya dari
sebuah tradisi atau budaya selanjutnya menjadi Hukum taurat. Berdasarkan Tabel
di atas penulis menyimpulkan tujuan perpuluhan saat itu sebagai berikut:
·
Pertama, melalui pemberian persepuluhan, bangsa Israel belajar untuk takut
kepada Tuhan.
·
Kedua, Persembahan persepuluhan diberikan sebagai milik pusaka bani Lewi.
·
Ketiga, Persepuluhan adalah upah dagi bani Lewi karena mereka melayi di dalam
kemah suci.
3. Perpuluhan zaman Nehemia,
Maleakhi (Maleakhi 3:7-10)
Beradasarkan
Maleakhi 3:7-10 dapat disimpulkan beberapa hal mengenai persepuluhan, yaitu:
·
Pertama, tidak memberi persepuluhan sama dengan menipu Allah
·
Kedua, persepuluhan harus dibawa ke rumah perbendarahaan Tuhan agar tersedia
makanan di sana
·
Ketiga, yang membawa persepuluhan akan diberkati melimpah-limpah oleh Tuhan.
Jika dibaca lebih teliti, kitab Maleakhi tidak hanya
menekankan tentang persepuluhan dan persembahan. Namun juga, bagaimana bangsa
Israel mengutamakan Tuhan dalam kehidupan mereka. Maleakhi 4:2-4 mengingatkan
bangsa Israel harus melakukan segala ketetapan dari seluruh hukum Taurat (tidak
hanya perpuluhan) agar bangsa Israel beroleh kemenangan dalam segala hal. Jadi
persepuluhan bukanlah kunci satu-satunya untuk menerima berkat.
Dapatkah orang percaya diberkati Tuhan jika masih
hidup dalam dosa meskipun perpuluhan telah setia diberikan? Tentu tidak!
Bukankah Tuhan menuntut pertobatan lebih daripada persembahan dan ketaatan
dibanding korban? Bagaimana Yesus menyikapi hal ini? Apakah ada hal lain yang
Tuhan Yesus ingin sampaikan berkaitan dengan persepuluhan?
4. Sikap Yesus terhadap persepuluhan
Dalam
Matius 23:23, Yesus mengecam ahli Taurat dan orang Farisi karena mereka tidak
melakukan seluruh kebenaran dalam Taurat. Persepuluhan yang sangat rumit mereka
lakukan tetapi keadilan, belas kasihan, dan kesetiaan yang merupakan hal-hal
utama dalam hukum Taurat diabaikan. Ahli Taurat dan orang Farisi lebih suka
melakukan hal-hal yang kelihatan (lahiriah) dibandingkan hal-hal batiniah. Itu
sebabnya, hukum taurat yang mereka jalankan hanya sebagai kewajiban,
formalitas, atau legalistik.
Apabila persepuluhan
sebagai budaya dan tradisi di bangsa-bangsa sejak zaman Abraham telah diadopsi
menjadi sebuah peraturan yang ditetapkan dalam hukum Taurat (Ulangan 12:1-8;
18:1-8, Bil. 18:1-32, Mat. 23:23), apakah hukum taurat masih berlaku? Apakah
peraturan itu perlu dijadikan pedoman oleh orang percaya yang hidup dalam zaman
anugerah? Bukankah hukum Taurat ini hanya untuk orang Israel dan tidak berlaku
lagi bagi orang percaya zaman ini?
Hukum taurat dilakukan
bukan untuk memperoleh keselamatan, berkat, atau agar lepas dari kutuk,
melainkan sebagai wujud kasih kepada Tuhan dan sesame. Sebab inti dari segala
hukum yang ada dalam hukum taurat dan kitab para nabi adalah kasih (Matius
22:34-40). Artinya, apabila dengan kasih manusia melakukan hukum Taurat, maka hukum
Taurat bukan sebuah kewajiban legalistik, melainkan sebuah kesukaan.
II. PANDANGAN SESAT
Ajaran-ajaran
yang salah tentang persepuluhan, dengan maksud agar jemaat mau memberikan
persepuluhan, berikut larangan-larangan yang perlu di perhatikan, yaitu:
·
Pertama, orang percaya dilarang memberikan persepuluhan dengan motivasi untuk
di berkati atau sembuh dari penyakit
·
Kedua, orang percaya dilarang memberikan persepuluhan dengan motivasi untuk
diberkati atau sembuh dari penyakit.
·
Ketiga, orang percaya dilarang memberikan persepuluhan jika hal itu
menghalanginya untuk melakukan keadilan, kebenaran, dan kasih (perintah utama)
·
Keempat, orang percaya dilarang memberikan persepuluhan apabila tidak
didasarkan atas kasih kepada Tuhan.
·
Ketujuh, orang percaya dilarang memberikan persepuluhan jika itu hanya untuk
mencari nama atau kebanggaan (kesombongan karena setia memberikan persepuluhan)
·
Kedelapan, orang percaya dilarang memberikan persepuluhan jika tidak mengerti
makna dan tujuan pemberian persepuluhan
·
Kesembilan, orang percaya dilarang memberikan persepuluhan jika
dianggap beban yang memberatkan
Kalau demikian, apakah persepuluhan masih dapat
diterapkan dalm gereja masa Tuhan saat ini? seandainya bisa, bagaimana agar
persembahan persepuluhan yang diberikan berkena dihadapan Tuhan?
III. PENERAPAN PERSEPULUHAN
DALAM GEREJA TUHAN
Motivasi pemberian
persepuluhan ialah wujud ucapan syukur dan sebagai kontribusi orang percaya
bagi pekerjaan Tuhan (Mal. 3:10; Neh. 13:10) serta pengakuan atas berkat yang
Tuhan telah limpahkan, yang didasarkan atas kasih kepada Tuhan dan sesama
manusia.
Persepuluhan diberikan
ke gereja sebagai kontribusi jemaat untuk mendukung pelayanan gereja dan untuk
kesejahteraan para pelayan Tuhan yang telah memberikan hidupnya untuk pelayanan
rohani (1 Tim. 5:17-18).
Penerima persepuluhan
pada gereja masa kini berdasarkan Perjanjian Lama adalah:
·
Para
pelayan Tuhan fulltime,
maksudnya adalah orang-orang yang melayani sepenuh waktu dalam gereja local.
Artinya, hidup mereka bergantung sepenuhnya dari upah pelayanan mereka.
·
Gembala
sidang, kecuali –
paradigma yang salama ini “hanya” menetapkan gembala sidang sebagai penerima
persepuluhan harus dihapuskan. Ini adalah ajaran sesat yang dipelihara di dalam
gereja Tuhan.
·
Para
janda,anak yatim dan orang asing juga seharusnya mendapatkan bagian dari
persepuluhan. Mungkin
tidak setiap bulan, tetapi berkala sesuai dengan peraturan gereja.
PENUTUP
Seuntai kalimat dari penulis:
“Kita bisa bemberikan tanpa mengasihi, tetapi kita tidak bisa mengasihi
tanpa memberi”
“Apabila kita berkata kita mengasihi Tuhan dan sesama tetapi kita tidak
memberi, sesungguhnya kita menipu diri sendiri”
“Persepuluhan diberikan dari apa yang engkau peroleh bukan untuk
memperoleh apa yang ingin engkau miliki”
“Jadikan persembahan persepuluhan yang engkau beri sebagai pernyataan
iman dan manifestasi kasihmu kepada Tuhan dan sesama manusia. Dengan memberikan
persepuluhan berarti engkau telah mendukung pekerjaan Tuhan, hamba-hamba Tuhan,
dan orang-orang yang membutuhkan”
“Tradisi dan kebudayaan bukan untuk dihilangkan, melainkan untuk
diberikan makna baru”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar