Halaman

Kamis, 04 Oktober 2018

MENGUNGKAP MISTERI PERSEPULUHAN


LAPORAN BACA
Oleh Jonathan J Sumangkut

INFORMASI BUKU DAN PENULIS
Mata kuliah                 : Penulisan Karya Ilmiah
Dosen                          : Dorkas Retjelina, M.Th.
Judul buku                   : Mengungkap Misteri Persepuluhan
Pengarang                    : Yamowa’a Bate’e
Penerbi                        : ANDI - Anak Didik Imanuel
Kota terbit                   : Yogyakarta
Tebal buku                  : 134 halaman

Buku ini ditulis berdasarkan pengalaman penulis dalam menyelesaikan tugas akhir (tesis) untuk mengungkap sebuah misteri ternyata pada umumnya “praktik persepuluhan” dilakukan tetapi tidak dimengerti.bahkan, sering kali dalam penyampaiannya disertai dengan intimidasi bahwa setiap orang percaya yang tidak memberi persepuluhan dikutuk dan tidak diberkati  oleh Tuhan.

PENGANTAR
Penulis mengawali bukunya dengan rasa penasaran – dimana untuk menuju level berikutnya (level kerohanian), penulis harus melakukan berbagai kewajiban baik itu peraturan doktrinal maupun yang sifatnya organisatoris. Semuanya dicampur menjadi satu, sehingga peraturan-peraturan menjadi banyak dan “mirip” hukum Taurat pada zaman Tuhan Yesus dahulu
Prinsip “Yesus Only” Berubah menjadi “Yesus Plus (+) artinya, kalau mau menjadi orang Kristen sejati, selain terima Yesus Kristus harus melakukan “ini” dan “Itu”. Apakah semuanya itu memang “harus” dilakukan untuk menjadi orang Kristen Sejati atau tidak? Jika “ya”, apakah itu menjamin seseorang menjadi orang Kristen sejati? Semua itu kadang menimbulkan perpecahan dalam gereja. Sebagai contoh, masalah “babtisan” menjadi sebuah problem yang tidak pernah selesai, sejak zaman bapa-bapa geraja sampai sekarang. Babtisan mana yang benar? penelaahan dari studi kata, historis, dan budaya belum juga memberikan jawaban yang memuaskan. Setiap pihak selalu ingin diakui yang paling benar, bukan apa kata “Allkitab”.
Pertanyaan-pertanyaan itu terus menghantui pikiran penulis. Hingga suatu tanpa di sengaja penulis membaca sebuah buku dengan judul Rahasia Hidup Berkelimpahan karangan Kenneth E. Hagin. Pada halaman 108 tertulis “Padahal kalau saya tidak mengajar saudara-saudara sekalian tentang persepuluhan dan memberi, berarti saya mengabaikan Tuhan. Saya telah merampok saudara-saudara. Tuhan ingin memberkati saudara-saudara, tetapi Dia tidak dapat melakukanya karena saudara-saudara belum menginvestasikan apa pun”
            Kalimat itu menambah kebingungan penulis tentang peraturan-perturan atau perintah-perintah supaya menjadi seorang Kristen Sejati. Bagaimana mungkin? “Tuhan ingin memberkati bila orang percaya telah memberikan persepuluhan dan pemberian sebagai investasi.” Apakah betul demikian? Mungkinkah penulis salah memahami maksud si penulis?

I. PANDANGAN ALKITABIAH
1. Perpuluhan zaman Abraham dan Yakub
Seorang yang kehausan penulis mencari tahu kebenaran sebenarnya tentang Perpuluhan. Dia mengawali dengan mencari tahu definisi “perpuluhan” dari berbagai sumber: buku, biblework, internet dll. Penulis akhirnya menemukan beberapa konsep pemberian persepuluhan pada zaman Abraham dan Yakub, berdasarkan data-data yang di peroleh adalah:
·         Pertama, persepuluhuan diberikan dengan sukarela, tidak dengan paksaan, sekalipun telah menjadi sebuah budaya, karena belum ada hukum yang mengatur hati nurani orang-orang yang hidup pada zaman itu.
·         Kedua, pemberian persepuluhan diberikan Abraham kepada melkisedek, seorang Raja Salem dan imam Allah yang Mahatinggi, yang datang menyongsong Abraham dan memberkatinya.
·         Ketiga, pemberian persepuluhan adalah tanda penghargaan dan penghormatan kepada seseorang yang memiliki kedudukan atau jabatan lebih tinggi dari pemberi, juga sebagai persembahan kepada Tuhan (nilai spiritual yang memiliki arti “penyataan total”).
·         Keempat, persepuluhan diberikan setelah Allah memberkati, bukan sebelum diberkati. Contohnya, Abram setelah mendapat jarahan, Yakub setelah diberikan oleh Tuhan.
·         Kelima, persepuluhan diberikan oleh Abraham dari hasil jarahannya,sedangkan yakub dari seluruh yang dimilikinya atau berkat yang telah diberikan Tuhan kepada yakub.
Jika demikian, apakah persepuluhan yang dilakukan orang percaya mengikuti teladan Abraham? Jika ya, beberapa hal yang perlu diwaspadai, yaitu: Abraham memberikan karena tradisi dan budaya yang sudah berlaku pada zaman itu. Apakah Abraham sadar bahwa pemberian persepuluhan yang diberikan kepada Melkisedek karena hati yang mengasihi Tuhan? Atau sekedar penghargaan dan penghormatan kepada Melkisedek yang telah memberkati Abraham? Dan apakah pemberian persepuluhan boleh dari hasil jarahan dan diberikan hanya satu kali?
2. Perpuluhan zaman Musa
Penyelidikan penulis kemudian berlanjut pada zaman Musa, ketika persepuluhan mulai dibakukan. Secara historis konsep persepuluhan mengalami perubahan antara zaman musa dan Abraham atau yakub. Untuk mengetahui perbedaan tersebut, penulis membuat sebuah tabel perbandingan sebagai berikut.
Persepuluhan
Abraham
Musa
Peraturan
Belum ada (tradisi)
Hukum taurat
Sifatnya
Sukarela
Wajib
Penerimaan
Raja salem, iman Allah (kejadian 14: 18)
Tuhan (Imam Lewi)
Tempat pemberian
Lembah syawe, yakni Lembah Raja
Di tempat yang telah ditentukan Tuhan
Waktu
Sekali, setelah menjarah
Per tahun (berkala)
Bentuk
Hasil jarahan
Hasil pertanian, peternakan atau ditukar dalam bentuk
Tujuan
Penghormatan, penghargaan, pangakuan
Belajar takut akan Tuhan
Dipergunakan untuk
Tidak di jelaskan
Makanan orang lewi, (anak yatim, janda, orang asing tahun ke tiga)
            Data ini menunjukan bahwa persepuluhan yang merupakan budaya dan tradisi bangsa lain saat itu, diadopsi dan diubah dengan memberikan arti yang baru. Awalnya dari sebuah tradisi atau budaya selanjutnya menjadi Hukum taurat. Berdasarkan Tabel di atas penulis menyimpulkan tujuan perpuluhan saat itu sebagai berikut:
·         Pertama, melalui pemberian persepuluhan, bangsa Israel belajar untuk takut kepada Tuhan.
·         Kedua, Persembahan persepuluhan diberikan sebagai milik pusaka bani Lewi.
·         Ketiga, Persepuluhan adalah upah dagi bani Lewi karena mereka melayi di dalam kemah suci.
3. Perpuluhan zaman Nehemia, Maleakhi (Maleakhi 3:7-10)
            Beradasarkan Maleakhi 3:7-10 dapat disimpulkan beberapa hal mengenai persepuluhan, yaitu:
·         Pertama, tidak memberi persepuluhan sama dengan menipu Allah
·         Kedua, persepuluhan harus dibawa ke rumah perbendarahaan Tuhan agar tersedia makanan di sana
·         Ketiga, yang membawa persepuluhan akan diberkati melimpah-limpah oleh Tuhan.
Jika dibaca lebih teliti, kitab Maleakhi tidak hanya menekankan tentang persepuluhan dan persembahan. Namun juga, bagaimana bangsa Israel mengutamakan Tuhan dalam kehidupan mereka. Maleakhi 4:2-4 mengingatkan bangsa Israel harus melakukan segala ketetapan dari seluruh hukum Taurat (tidak hanya perpuluhan) agar bangsa Israel beroleh kemenangan dalam segala hal. Jadi persepuluhan bukanlah kunci satu-satunya untuk menerima berkat.
Dapatkah orang percaya diberkati Tuhan jika masih hidup dalam dosa meskipun perpuluhan telah setia diberikan? Tentu tidak! Bukankah Tuhan menuntut pertobatan lebih daripada persembahan dan ketaatan dibanding korban? Bagaimana Yesus menyikapi hal ini? Apakah ada hal lain yang Tuhan Yesus ingin sampaikan berkaitan dengan persepuluhan?


4. Sikap Yesus terhadap persepuluhan
            Dalam Matius 23:23, Yesus mengecam ahli Taurat dan orang Farisi karena mereka tidak melakukan seluruh kebenaran dalam Taurat. Persepuluhan yang sangat rumit mereka lakukan tetapi keadilan, belas kasihan, dan kesetiaan yang merupakan hal-hal utama dalam hukum Taurat diabaikan. Ahli Taurat dan orang Farisi lebih suka melakukan hal-hal yang kelihatan (lahiriah) dibandingkan hal-hal batiniah. Itu sebabnya, hukum taurat yang mereka jalankan hanya sebagai kewajiban, formalitas, atau legalistik.
            Apabila persepuluhan sebagai budaya dan tradisi di bangsa-bangsa sejak zaman Abraham telah diadopsi menjadi sebuah peraturan yang ditetapkan dalam hukum Taurat (Ulangan 12:1-8; 18:1-8, Bil. 18:1-32, Mat. 23:23), apakah hukum taurat masih berlaku? Apakah peraturan itu perlu dijadikan pedoman oleh orang percaya yang hidup dalam zaman anugerah? Bukankah hukum Taurat ini hanya untuk orang Israel dan tidak berlaku lagi bagi orang percaya zaman ini?
            Hukum taurat dilakukan bukan untuk memperoleh keselamatan, berkat, atau agar lepas dari kutuk, melainkan sebagai wujud kasih kepada Tuhan dan sesame. Sebab inti dari segala hukum yang ada dalam hukum taurat dan kitab para nabi adalah kasih (Matius 22:34-40). Artinya, apabila dengan kasih manusia melakukan hukum Taurat, maka hukum Taurat bukan sebuah kewajiban legalistik, melainkan sebuah kesukaan.

II. PANDANGAN SESAT
            Ajaran-ajaran yang salah tentang persepuluhan, dengan maksud agar jemaat mau memberikan persepuluhan, berikut larangan-larangan yang perlu di perhatikan, yaitu:
·         Pertama, orang percaya dilarang memberikan persepuluhan dengan motivasi untuk di berkati atau sembuh dari penyakit
·         Kedua, orang percaya dilarang memberikan persepuluhan dengan motivasi untuk diberkati atau sembuh dari penyakit.
·         Ketiga, orang percaya dilarang memberikan persepuluhan jika hal itu menghalanginya untuk melakukan keadilan, kebenaran, dan kasih (perintah utama)
·         Keempat, orang percaya dilarang memberikan persepuluhan apabila tidak didasarkan atas kasih kepada Tuhan.
·         Ketujuh, orang percaya dilarang memberikan persepuluhan jika itu hanya untuk mencari nama atau kebanggaan (kesombongan karena setia memberikan persepuluhan)
·         Kedelapan, orang percaya dilarang memberikan persepuluhan jika tidak mengerti makna dan tujuan pemberian persepuluhan
·         Kesembilan, orang percaya dilarang memberikan persepuluhan jika dianggap beban yang memberatkan
Kalau demikian, apakah persepuluhan masih dapat diterapkan dalm gereja masa Tuhan saat ini? seandainya bisa, bagaimana agar persembahan persepuluhan yang diberikan berkena dihadapan Tuhan?

III. PENERAPAN PERSEPULUHAN DALAM GEREJA TUHAN
            Motivasi pemberian persepuluhan ialah wujud ucapan syukur dan sebagai kontribusi orang percaya bagi pekerjaan Tuhan (Mal. 3:10; Neh. 13:10) serta pengakuan atas berkat yang Tuhan telah limpahkan, yang didasarkan atas kasih kepada Tuhan dan sesama manusia.
            Persepuluhan diberikan ke gereja sebagai kontribusi jemaat untuk mendukung pelayanan gereja dan untuk kesejahteraan para pelayan Tuhan yang telah memberikan hidupnya untuk pelayanan rohani (1 Tim. 5:17-18).
            Penerima persepuluhan pada gereja masa kini berdasarkan Perjanjian Lama adalah:
·         Para pelayan Tuhan fulltime, maksudnya adalah orang-orang yang melayani sepenuh waktu dalam gereja local. Artinya, hidup mereka bergantung sepenuhnya dari upah pelayanan mereka.
·         Gembala sidang, kecuali – paradigma yang salama ini “hanya” menetapkan gembala sidang sebagai penerima persepuluhan harus dihapuskan. Ini adalah ajaran sesat yang dipelihara di dalam gereja Tuhan.
·         Para janda,anak yatim dan orang asing juga seharusnya mendapatkan bagian dari persepuluhan. Mungkin tidak setiap bulan, tetapi berkala sesuai dengan peraturan gereja.
PENUTUP
Seuntai kalimat dari penulis:
“Kita bisa bemberikan tanpa mengasihi, tetapi kita tidak bisa mengasihi tanpa memberi”
“Apabila kita berkata kita mengasihi Tuhan dan sesama tetapi kita tidak memberi, sesungguhnya kita menipu diri sendiri”
“Persepuluhan diberikan dari apa yang engkau peroleh bukan untuk memperoleh apa yang ingin engkau miliki”
“Jadikan persembahan persepuluhan yang engkau beri sebagai pernyataan iman dan manifestasi kasihmu kepada Tuhan dan sesama manusia. Dengan memberikan persepuluhan berarti engkau telah mendukung pekerjaan Tuhan, hamba-hamba Tuhan, dan orang-orang yang membutuhkan”
“Tradisi dan kebudayaan bukan untuk dihilangkan, melainkan untuk diberikan makna baru”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar