Halaman

Senin, 03 Desember 2018

Dapatkah Keselamatan Orang percaya Hilang?(Calvinisme vs Armenianisme)


LAPORAN BACA
Oleh Jonathan J Sumangkut




Mata kuliah                 : Penulisan Karya Ilmiah
Dosen                          : Dorkas Retjelina, M.Th.
Judul   buku                : Dapatkah Keselamatan Orang percaya Hilang?
                                      (Calvinisme vs Armenianisme)
Pengarang                   : Jenus Junimen
Penerbit                       : ANDI
Kota terbit                   : Yogyakarta
Tebal buku                  : vi 55 halaman

                Pertanyaan terbesar seputar doktrin Kristen yang terus menjadi perdebatan para teolog adalah Doktrin Calvin soal Predestination dan Doktrin Armenian soal Kehendak Bebas. Jenus Junimen pengarang buku ini mencoba menjawab kedua tersebut. Untuk menjawab kedua pertanyaan tersebut, penulis sebelumnya menekankan kepada pembaca untuk meyakini bahwa:
            1. Alkitab adalah tanpa salah dan tanpa keliru
            2. Tuhan yang disembah orang Kristen bersifat konsisten dan tidak berubah-ubah seperti                  manusia.
            3. Kebenaran dalam firman bersifat absolut atau mutlak
            4. Semua yang ada dalam Alkitab tidak saling bertentangan.
            5. Kebenaran dalam Alkitab tidak dapat ditafsirkan sembarangan. Harus melihat                               konteksnya dan menggunakan Ilmu Hermeneutika agar supaya penafsirannya tidak                           bersifat subjektivitas.
            6. Kebenaran Alkitab bersifat Objektif, bukan Subjektif.
            7. Kebenaran Alkitab bersifat komprehensif dan tidak bersifat hanya sebagian.
           
Predestination
            Ajaran Calvinisme soal “Predestination” dikembangkan oleh John Calvin (1509-1564). Calvin menekankan kemutlakan otoritas Tuhan dalam menentukan rencana kehendak anugerah Allah atas ciptaan dari kekekalan sampai kekekalan. Predestination berlaku untuk maksud-maksud Allah dalam pemilihan. Singkatnya Calvinisme percaya bahwa keselamatan orang-orang percaya ditentukan oleh Allah berdasarkan hikmat dan kedaulatan Allah bukan karena kehendak bebas manusia. Ayat-ayat yang merupakan dasar kekuatan dari pandangan ini adalah; Ef. 1:4-10, Kis. 4:28, Rm. 8:29-30, Yoh. 10:25-29, Yoh. 15:16, Yeh. 36:26, Yoh 6:44, Yoh 6:65. Dalam ajaran Calvin dikenal istilah TULIP, Yaitu:
·         T – Total Depravity (Kerusakan Total).
·         U – Unconditional Election (Pemilihan Tidak Bersyarat)
·         L – Limited Atonement (Penebusan Yang Terbatas)
·         I – Irressistible Grace (Anugerah Yang Tidak Dapat Ditolak)
·         P – Perseverance of His Saints (Ketekunan Orang-Orang Kudus)

Kehendak bebas
            Ajaran Arminianisme soal “Kehendak bebas” dikembangkan oleh Jacobus Arminiaus (1506-1609). Menurut Arminius keselamatan didapatkan melalui usaha bersama Allah (yang inisiatif) dan manusia (yang harus memberikan tanggapan), dengan tanggapan manusia sebagai faktor yang menentukan. Tuhan menyediakan keselamatan bagi semua orang, tetapi hal itu hanya dapat berlaku (secara efektif) bagi mereka, yang melalui kehendak bebasnya, “memilih” untuk bekerja sama dengan Tuhan dan menerima tawaran kasih karunia-Nya. Pada titik yang menentukan ini manusialah yang menjadi pemeran utama. Dengan demikian, manusialah (bukan Tuhan) yang berdaulat untuk menetukan siapa yang berhak menerima anugerah keselamatan tersebut. Ayat pendukung “Kehendak bebas” yaitu; 2 Ptr. 3:9, Ibr. 6:4-6, 1 Tim. 2:3-4, dan Yoh 6:37 yang berbunyi “Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barang siapa datang kepada-Ku, ia tidak akan kubuang”. “Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku” merupakan orang-orang yang dipilih Tuhan, Sedangkan, “Barangsiapa yang datang kepada-Ku” merupakan kehendak bebas manusia. Jacobus Arminius membantah teori TULIP dangan 5 poin yaitu:
·         Human Ability (Free Will atau Kehendak Bebas)
·         Conditional Election/Pemilihan yang Bersyarat
·         General/Universal Atonement (Penebusan Umum/Universal)
·         The Holy Spirit Can Effectually Reisted (Roh Kudus Dapat Secara Efektif Ditolak)
·         Lost from Grace (Jatuh/Terhilang dari Kasih Karuni)

Tantangan terhadap pilihan kedua Konsep

Predestination
1. Allah tidak adil kepada mereka yang tidak dipilih.
2. Allah pilih kasih atau memandang rupa orang-orang pilihan-Nya sehingga hanya memilih sebagian orang untuk diselamatkan.
3. Hal ini melemahkan sifat ketaatan orang Kristen atau orang beriman karena Allah telah menjalankan semuanya bagi orang Kristen.
4. Hal ini membuat orang menjadi sombong karena merasa dipilih Allah.
5. Hal ini melemahkan desakan atau keperluan untuk bertobat bagi semua orang.
Jawaban kelima tantangan diatas dijawab oleh penulis dalam buku ini.



Kehendak Bebas
            Apakah manusia dengan kehendak bebasnya bisa selamat jika Bapa tidak memutuskan Yesus Kristus mati di kayu salib? Inilah yang menjadi kelemahan para penganut Armenian. Kesulitan untuk menjawab pertanyaan ini bukan terjadi pada orang-orang Calvinis, melainkan Armenian. Pandangan Armenian seolah-olah memang benar, tetapi jika diteliti kembali memiliki banyak kelemahan. Penulis melihat Ajaran Armenian yang menyatakan bahwa manusia bisa memilih Allah banyak Ketidakkonsistenan. Allah tidak mengajarkan demikian, tetapi Alkitab yang jelas mengatakan bahwa Tuhanlah yang memilih manusia. Yohanes 15:16 mengatakan “Bukan kamu yang memilih Aku tetapi Aku yang memilih kamu….” Dengan memahami hal ini, sikap dan tindakan manusiapun akan berubah.

Titik temu Calvinisme dan Armenianisme
Penulis berpendapat dalam konteks keselamatan, Allah maha tahu akan siapa saja yang selamat. Allah mengetahui jumlah orang yang diselamatkan dan yang binasa. Namun, alasan Allah membiarkannya adalah karena manusia sudah jatuh dalam dosa dan upah dosa adalah maut. Dia mengetahui manusia lebih menyukai dosa daripada Allah. Baik teologi Calvinisme maupun Amenianisme sepakat akan sifat Allah yang mahatahu. Jadi, untuk menengahi perdebatan teologi, khususnya tentang keselamatan, sifat kemahatahuan Allah membuktikan orang yang dipilih dan merespon panggilan keselamatan, serta yang tidak.
·         Untuk Armenianisme: Tuhan mahatahu mengenai manusia yang murtad atau yang sungguh setia
·         Untuk Calvinisme: Tuhan mahatahu mengenai orang yang dipilih (mempertahankan imannya sampai mati) atau yang tidak dipilih.
            Dengan mengetahui hal itu, manusia bisa melihat secara holistik mengenai kedua pandangan keselamatan tersebut. Hal ini mencegah perdebatan yang tidak ada habisnya. Jadi, titik temu antar Calvinisme dan Armenianisme adalah sifat Tuhan yang berdaulat dan kemahatahuan Allah. Calvinisme dan Armenianisme memang Alkitabiah, tatapi sebagai orang percaya harus melihatnya secara global dan komprehensif sehingga supaya tidak salah menafsirkan dan akhirnya menyimpang. Semakin memahami tentang Allah dan firman-Nya, orang percaya harus semakin rendah hati dan taat kepada firman-Nya. Perbedaan pandangan dalam denominasi gereja merupakan hal yang wajar, tetapi jika terjadi perselihan dan bahkan perpecahan dalam sinode gereja, hal itu tidak wajar. Semakin orang percaya banyak mengetahui firman Tuhan seharusnya orang percaya semakin serupa dengan Yesus Kristus.

1 komentar: