LAPORAN
BACA
Oleh
Jonathan J Sumangkut
Mata kuliah :
Penulisan Karya Ilmiah
Dosen : Dorkas Retjelina,
M.Th.
Judul buku :
Dapatkah Keselamatan Orang percaya Hilang?
(Calvinisme vs Armenianisme)
Pengarang : Jenus Junimen
Penerbit : ANDI
Kota terbit : Yogyakarta
Tebal buku : vi 55 halaman
Pertanyaan
terbesar seputar doktrin Kristen yang terus menjadi perdebatan para teolog
adalah Doktrin Calvin soal Predestination dan Doktrin Armenian soal Kehendak
Bebas. Jenus Junimen pengarang buku ini mencoba menjawab kedua tersebut. Untuk
menjawab kedua pertanyaan tersebut, penulis sebelumnya menekankan kepada
pembaca untuk meyakini bahwa:
1. Alkitab adalah tanpa salah dan
tanpa keliru
2. Tuhan yang disembah orang Kristen
bersifat konsisten dan tidak berubah-ubah seperti manusia.
3. Kebenaran dalam firman bersifat
absolut atau mutlak
4. Semua yang ada dalam Alkitab
tidak saling bertentangan.
5. Kebenaran dalam Alkitab tidak
dapat ditafsirkan sembarangan. Harus melihat konteksnya dan menggunakan Ilmu
Hermeneutika agar supaya penafsirannya tidak bersifat subjektivitas.
6. Kebenaran Alkitab bersifat
Objektif, bukan Subjektif.
7. Kebenaran Alkitab bersifat
komprehensif dan tidak bersifat hanya sebagian.
Predestination
Ajaran Calvinisme soal “Predestination”
dikembangkan oleh John Calvin (1509-1564). Calvin menekankan kemutlakan
otoritas Tuhan dalam menentukan rencana kehendak anugerah Allah atas ciptaan
dari kekekalan sampai kekekalan. Predestination berlaku untuk maksud-maksud
Allah dalam pemilihan. Singkatnya Calvinisme percaya bahwa keselamatan
orang-orang percaya ditentukan oleh Allah berdasarkan hikmat dan kedaulatan
Allah bukan karena kehendak bebas manusia. Ayat-ayat yang merupakan dasar
kekuatan dari pandangan ini adalah; Ef. 1:4-10, Kis. 4:28, Rm. 8:29-30, Yoh.
10:25-29, Yoh. 15:16, Yeh. 36:26, Yoh 6:44, Yoh 6:65. Dalam ajaran Calvin
dikenal istilah TULIP, Yaitu:
·
T – Total Depravity (Kerusakan Total).
·
U – Unconditional Election (Pemilihan
Tidak Bersyarat)
·
L – Limited Atonement (Penebusan Yang
Terbatas)
·
I – Irressistible Grace (Anugerah Yang
Tidak Dapat Ditolak)
·
P – Perseverance of His Saints (Ketekunan
Orang-Orang Kudus)
Kehendak bebas
Ajaran Arminianisme soal “Kehendak
bebas” dikembangkan oleh Jacobus Arminiaus (1506-1609). Menurut Arminius keselamatan
didapatkan melalui usaha bersama Allah (yang inisiatif) dan manusia (yang harus
memberikan tanggapan), dengan tanggapan manusia sebagai faktor yang menentukan.
Tuhan menyediakan keselamatan bagi semua orang, tetapi hal itu hanya dapat
berlaku (secara efektif) bagi mereka, yang melalui kehendak bebasnya, “memilih”
untuk bekerja sama dengan Tuhan dan menerima tawaran kasih karunia-Nya. Pada
titik yang menentukan ini manusialah yang menjadi pemeran utama. Dengan
demikian, manusialah (bukan Tuhan) yang berdaulat untuk menetukan siapa yang
berhak menerima anugerah keselamatan tersebut. Ayat pendukung “Kehendak bebas”
yaitu; 2 Ptr. 3:9, Ibr. 6:4-6, 1 Tim. 2:3-4, dan Yoh 6:37 yang berbunyi “Semua
yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barang siapa datang
kepada-Ku, ia tidak akan kubuang”. “Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku”
merupakan orang-orang yang dipilih Tuhan, Sedangkan, “Barangsiapa yang datang
kepada-Ku” merupakan kehendak bebas manusia. Jacobus Arminius membantah teori
TULIP dangan 5 poin yaitu:
·
Human Ability (Free Will atau Kehendak
Bebas)
·
Conditional Election/Pemilihan yang
Bersyarat
·
General/Universal Atonement (Penebusan
Umum/Universal)
·
The Holy Spirit Can Effectually Reisted
(Roh Kudus Dapat Secara Efektif Ditolak)
·
Lost from Grace (Jatuh/Terhilang dari
Kasih Karuni)
Tantangan
terhadap pilihan kedua Konsep
Predestination
1. Allah tidak adil kepada mereka
yang tidak dipilih.
2. Allah pilih kasih atau memandang
rupa orang-orang pilihan-Nya sehingga hanya memilih sebagian orang untuk
diselamatkan.
3. Hal ini melemahkan sifat ketaatan
orang Kristen atau orang beriman karena Allah telah menjalankan semuanya bagi
orang Kristen.
4. Hal ini membuat orang menjadi
sombong karena merasa dipilih Allah.
5. Hal ini melemahkan desakan atau
keperluan untuk bertobat bagi semua orang.
Jawaban kelima tantangan diatas
dijawab oleh penulis dalam buku ini.
Kehendak
Bebas
Apakah
manusia dengan kehendak bebasnya bisa selamat jika Bapa tidak memutuskan Yesus
Kristus mati di kayu salib? Inilah yang menjadi kelemahan para penganut
Armenian. Kesulitan untuk menjawab pertanyaan ini bukan terjadi pada
orang-orang Calvinis, melainkan Armenian. Pandangan Armenian seolah-olah memang
benar, tetapi jika diteliti kembali memiliki banyak kelemahan. Penulis melihat
Ajaran Armenian yang menyatakan bahwa manusia bisa memilih Allah banyak
Ketidakkonsistenan. Allah tidak mengajarkan demikian, tetapi Alkitab yang jelas
mengatakan bahwa Tuhanlah yang memilih manusia. Yohanes 15:16 mengatakan “Bukan
kamu yang memilih Aku tetapi Aku yang memilih kamu….” Dengan memahami hal ini,
sikap dan tindakan manusiapun akan berubah.
Titik
temu Calvinisme dan Armenianisme
Penulis berpendapat dalam konteks
keselamatan, Allah maha tahu akan siapa saja yang selamat. Allah mengetahui
jumlah orang yang diselamatkan dan yang binasa. Namun, alasan Allah
membiarkannya adalah karena manusia sudah jatuh dalam dosa dan upah dosa adalah
maut. Dia mengetahui manusia lebih menyukai dosa daripada Allah. Baik teologi
Calvinisme maupun Amenianisme sepakat akan sifat Allah yang mahatahu. Jadi,
untuk menengahi perdebatan teologi, khususnya tentang keselamatan, sifat
kemahatahuan Allah membuktikan orang yang dipilih dan merespon panggilan keselamatan,
serta yang tidak.
·
Untuk Armenianisme: Tuhan mahatahu
mengenai manusia yang murtad atau yang sungguh setia
·
Untuk Calvinisme: Tuhan mahatahu mengenai
orang yang dipilih (mempertahankan imannya sampai mati) atau yang tidak
dipilih.
Dengan mengetahui hal itu, manusia
bisa melihat secara holistik mengenai kedua pandangan keselamatan tersebut. Hal
ini mencegah perdebatan yang tidak ada habisnya. Jadi, titik temu antar
Calvinisme dan Armenianisme adalah sifat Tuhan yang berdaulat dan kemahatahuan
Allah. Calvinisme dan Armenianisme memang Alkitabiah, tatapi sebagai orang
percaya harus melihatnya secara global dan komprehensif sehingga supaya tidak
salah menafsirkan dan akhirnya menyimpang. Semakin memahami tentang Allah dan
firman-Nya, orang percaya harus semakin rendah hati dan taat kepada firman-Nya.
Perbedaan pandangan dalam denominasi gereja merupakan hal yang wajar, tetapi
jika terjadi perselihan dan bahkan perpecahan dalam sinode gereja, hal itu
tidak wajar. Semakin orang percaya banyak mengetahui firman Tuhan seharusnya
orang percaya semakin serupa dengan Yesus Kristus.
Apa saja yg disebut tentang kerusakan manusia total
BalasHapus