LAPORAN
BACA
Oleh
Jonathan J Sumangkut
Mata kuliah : Penulisan Karya Ilmiah
Dosen :
Dorkas Retjelina, M.Th.
Judul buku : The Sovereignty of God
(Kedaulatan Allah)
Pengarang :
Arthur W. Pink
Penerbit : Momentum, 2011.
Kota terbit : Surabaya
Tebal buku : xx 215 halaman; 21 cm
Buku ini berusaha menjawab sejumlah permasalahan yang
timbul berkaitan dengan hal Kedaulatan Allah. Predestination, jika Allah telah menetapkan sejumlah orang yang
akan diselamatkan, sementara orang-orang yang lain sekedar merupakan cawan
murka Allah yang telah ditentukan untuk binasa (tidak diselamatkan), maka apa
pentingnya orang percaya beribadah? Kemudian untuk apa orang percaya
memberitakan Injil kepada orang-orang yang terhilang? Bila Allah telah
menetapkan jumlah orang yang akan diselamatkan, maka untuk apa orang percaya
merisaukan kehidupan kekal dari orang-orang yang dijumpai tiap hari?
Mengenai hai di atas Alkitab menjawab; Allah menegaskan
bahwa orang percaya tidak bertanggung jawab atas hasil memberitakan Injil, itu
menjadi tanggung jawab sekaligus pekerjaan Allah. Paulus “menanam,” Apolos
“menyiram,” tetapi Allah sendirilah yang “memberi pertumbuhan” (1 korintus
3:6). Tanggung jawab orang percaya adalah menaati Kristus dan memberitakan
Injil orang, untuk memanggil “setiap orang percaya” dan kemudian, membiarkan
Roh Kudus menanamkan kuasa firman-Nya di dalam hati orang-orang pilihan-Nya.
Klaim orang-orang fasik mengenai predestination bukan
tidak berdasar, namun merupakan sebuah ajaran yang bersumber dari Alkitab sendiri.
Dalam Roma 9 membahas masalah predestination ini secara tuntas. “Sekalipun
jumlah anak Israel seperti pasir di laut, namun hanya sisanya akan
diselamatkan…. Dan seperti yang dikatakan Yesaya sebelumnya: “Seandainya Tuhan
semesta alam tidak meninggalkan pada kita keturunan, kita sudah menjadi seperti
Sodom dan sama seperti Gomora” (Roma 9:27-29). Pengajaran Alkitab pada bagian
ini sangat jelas: seandainya Allah tidak campur tangan, tidak melawat umat
Israel, kerusakan manusia pasti akan membawa manusia menuju jurang kebinasaan
manusia sendiri. Bersyukur Allah telah meninggalkan pada Israel suatu “sisa”
atau “keturunan.” Pada kedua kota tersebut, telah terjadi pembinasaan oleh
karena dosa, sehingga tak satupun makhluk hidup yang tertinggal di sana; dan
demikian jugalah yang akan terjadi pada umat Israel sekiranya Allah tidak
“meninggalkan” atau menyisakan suatu keturunan. Demikian jugalah halnya dengan
segenap umat manusia: sekiranya anugerah kedaulatan Allah tidak meninggalkan
suatu sisa, maka seluruh keturunan Adam pasti telah binasa dalam dosa.
Kesimpulan
Karena hal di atas, penulis buku ini menyatakan bahwa
pemilihan berdaulat Allah untuk menyelamatkan sejumlah orang tertentu itu
sebagai suatu pemeliharaan yang penuh kemurahan.
Penulis menegaskan bahwa dengan memilih orang-orang tertentu untuk menjadi
umat-Nya, tidak berarti Allah berlaku tidak
adil terhadap mereka yang tidak terpilih, sebab tak seorang pun memilki hak untuk
memperoleh keselamatan. Keselamatan itu semata-mata berdasarkan anugerah, dan realisasi anugerah
tersebut semata-mata didasarkan pada suatu atau kedaulatan mutlak. Allah boleh menyelamatkan semua atau tidak sama
sekali, banyak atau atau sedikit, satu atau sepuluh ribu orang, menurut yang
dipandang-Nya baik. Mungkin ada yang menyela: bukannya yang “terbaik” adalah
menyelamatkan semuanya? Jawabnya
adalah: Manusia tidak berhak memberikan pilihan. Manusia mungkin menganggapnya
sebagai yang “terbaik” seandainya Allah tidak pernah menciptakan Iblis, tidak
mengizinkan dosa memasuki manusia, atau pernah memasuki dunia, seandainya Allah
membereskan masalah antara kebaikan dan kejahatan jauh sebelum ini. Tidak!
Jalan Allah bukanlah jalan manusia, dan jalanya itu tidak “terselami”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar